BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Seiring
perubahan zaman yang semakin canggih dari waktu ke waktu, kebtuhan manusa pun
semakin beragam dan kompleks.Sehingga untuk mempermudah pekerjaan dan memenuhi
kebutuhan hidup manusia yang semakin beragam itu, manusia menciptakan
produk-produk baru sebagai hasil teknologi.Namun, kadang ternyata produk
ciptaannya pun malah menghadirkan masalah baru lagi.Ini berarti teknologi
sebagai solusi sekaligus juga sebagai sumber masalah.Dalam hal ini, ilmu
teknologi dapat berkembang karena didukung oleh ilmu pengetahuan. Demikian pula
sebaliknya, atau dengan kata lain teknologi selalu tegak lurus dengan perkembangan lmu pengetahuan.
Jika berbicara
tentang ilmu pengetahuan, maka tidak terlepas dari yang namanya
pendidikan.Karena pendidikan adalah upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa,
sebagaimana yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945. Untuk mencapai tujuan
pendidikan ini, maka komponen-komponen dalam penyelenggaraan pemdidikan pun
harus bekerja sama, baik itu pendidik (guru dan dosen), peserta didik maupun pemerintah
(kurikulum).
Disini, guru
memegang tanggung jawab dan sangat berperan dalam menciptakan generasi-generasi
yang berkualitas yang mampu memenuhi tuntutan teknologi.Oleh karena itu, guru
harus memiliki kemampuan dan keterampilan-keterampilan untuk membimbing,
membina, mengajar dan mendidik peserta didiknya agar tercapai tujuan yang
diharapkan.Dalam ilmu kependidikan,
dikenal istilah kebehasilan siswa adalah
keberhasilan guru, atau dengan kata lain
keberhasilan guru terletak pada keberhasilan siswanya.Ini
berarti bahwa masalah yang dialami siswa adalah masalah yang dialami guru juga
selain masalah-masalah yang bersumber dari guru itu sendiri dan juga kurikulum.
Jadi, yang dimaksud
masalah yang dialami guru disini adalah masalah-masalah yang dialami guru
akibat penerapan kurikulum, masalah yang dialami guru akibat sistem pengajaran
yang diterapkan oleh guru itu sendiri,serta masalah yang dialami siswa dalam
belajar.Karena pada hakikatnya keberhasilan siswa adalah keberhasilan guru
juga, demikian pula sebaliknya kegagalan siswa adalah kegagalan guru juga. Maka
dapat dikatakan “Jika siswa sukses dalam
belajar, maka itu berarti guru juga
sukses dalam mengajar.” Banyak masalah yang dialami guru MIPA dewasa
ini, namun untuk memperjelas dan memberi batasan maka saya hanya membahas
masalah-masalah yang sering terjadi dalam proses pembelajaran pada umumnya, dan
proses pembelajaran dalam mata pelajaran MIPA pada khususnya, diantaranya,
yaitu:
B.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di
atas,maka penuslis dapat merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa saja masalah-masalah yang
dialami guru MIPA dewasa ini?
2. Bagaiman solusi guru MIPA terhadap
masalah-masalah tersebut?
C.
TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui masalah apa saja yang
dialami guru MIPA dewasa ini
2. Mengetahui solusi guru MIPA
terhadap masalah tersebut
3. Memenuhi salah satu tugas pada
mata kuliah Dasar-dasar Pendidikan MIPA
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Masalah yang Bersumber dari Guru
Terdapat beberapa problematika dalam pembelajaran
matematika di sekolah yang memerlukan penanganan secara cepat dan inovatif tentu oleh guru sebagai
fasilitator dan mediator pembelajaran di kelas.
1.
Tidak
maksimalnya penerapan pendekatan, teknik, model, metode dan strategi
pembelajaran oleh guru
Terdapat
indikasi bahwa kegagalan siswa dan kesenjangan yang terjadi disebabkan karena
implementasi pendekatan, teknik, model, metode ataupun strategi pembelajaran
yang diterapkan oleh guru belum mendukung secara maksimal. Misalnya pada
masalah siswa tidak bisa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru secara
mandiri tanpa bantuan guru, siswa tidak
bisa mengerjakan soal PR yang diberikan oleh guru, atau selalu lupa akan cara
dan langkah-langkah menyelesaikan suatu soal yang berakibat guru harus selalu
menjelaskan kembali langkah-langkah itu.
Solusinya :Guruharus tahu apa penyebab kegagalan siswa-siswanya
tersebut. Setelah guru menganalisis factor penyebabnya, maka dapat diketahui
bahwa misalnyaternyata kegagalan siswa-siswanya itu dipengaruhi oleh
tidak adanya kesempatan oleh guru kepada siswa dalam proses pembelajaran, untuk
berlatih memecahkan masalah secara mandiri. maka solusinya guru tersebut
sebaiknya menerapkan model pembelajaran yang bisa memusnahkan masalah-masalah
di atas, misalnya dengan menerapkan model pembelajaran PBL (Pembelajaran
Berbasis Masalah).
PBL
adalah suatu pendekatan yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu
konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan
pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan yang esensial dari
materi pelajaran. Pembelajaran berbasis masalah dirancang untuk merangsang
berpikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi pada masalah.
Pembelajaran berbasis masalah dikembangkan terutama untuk membantu kemampuan
berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual dan belajar menjadi
pembelajar yang otonom. Keuntungan PBL adalah mendorong kerja sama dalam
menyelesaikan tugas. Pembelajaran berbasis masalah melibatkan siswa dalam
penyelidikan pilihannya sendiri, yang memungkinkan siswa menginterpretasikan
dunia nyata dan membangun pemahaman tentang fenomena tersebut. Hal ini
diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu alternatif solusi dalam
menghadapi problematika yang dihadapi.
2.
Guru mengalami masalah dalam hal memahami materi pembelajaran yang akan diajarkan
kepada siswa ( guru tidak memiliki kompetensi profesionalisme)
Solusinya:
guru harus mempersiapkan diri sebelum mengajar, dalam arti meskipun telah
menjadi guru, dia tetap harus mereview
kembali materi, untuk lebih meningkatkan kesiapan diri. Sebaiknya Guru
mempelajari suatu materi terlebih dahulu
sebelum diajarkan kepada siswa.
3.
Guru mengalami masalah dalam hal penguasaan dan
penerapan keterampilan-keterampilan mengajar
(guru tidak memiliki kompetensi pedagogic).
Solusinya:guru
harus banyak berlatih diri dengan caranya sendiri untuk menyampaikan materi, banyak
mempelajari ketermpilan-keterampilan mengajar, dan giat mengikuti
pelatiahan-pelatihan guru seperti KKG, dan sebagainya.
4.
Guru
tidak memperhatikan kedisiplinannya.
Hal
ini akan menjadi masalah yang akan dialami oleh guru jika ketidakdisiplinan ini
ditiru oleh siswa.
Solusinya :guru
harus cepat menyadari kekeliruannnya ini, sehingga tidak berakibat fatal pada
peserta didik. Guru harus mampu menjadi teladan dalam segala hal. Oleh karena
itu, seorang guru yang baik harus pandai-pandai
memenej waktunya dengan sebaik mungkin,baik itu waktu untuk keluarga
maupun untuk pekerjaan.sehingga keduanya berjalan seimbang tanpa ada yang
dikorbankan.
6. Guru tidak
memiliki kreatifitas dalam pelaksanaan pembelajaran
MIPA
adalah mata pelajaran-mata pelajaran yang sulit dipahami siswa karena masih
bersifat abstrak, terutama matematika maka guru harus MIPA harus menyiapkan
media pembelajaran berupa alat-alat
peraga atau power point untuk mengkonkretkan konsep-konsep yang bersifat
abstrak tersebut sehinggga lebih memudahkan siswa dalam memahaminya. Jika siswa
tidak memahami materi yang diajarkan, maka itu menjadi masalah yang dialami
guru.
Solusinya:guru harus jeli melihat mana materi yang butuh
dilengkapi dengan media pembelajaran dan yang tidak sehingga pembelajaran tidak
monoton, kaku dan membosankan.
B.
Masalah-Masalah yang dialami guru yang Bersumber dari Siswa
Masalah-masalah
yang bersumber dari siswa ini dikaji berdasarkan pendekatan psikologi, dan
sikap yang berpengaruh pada proses dan hasil belajar siswa. Karena kita tahu
bahwa dalam pembelajaran, guru bukan
saja berperan sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pendidik, pembimbing,
motivator dan sebagainya. Maka berarti setiap guru tanpa membedakan mata
pelajaran yang diajarkan memiliki peran dan tugas yang sama, yaitu membimbing, membina karakter, sikap dan
mentalnya.. Ini bukan hanya menjadi tugas guru agama ataupun Pkn, tetapi tugas semua
guru, terlepas dari mata pelajaran yang diajarkan. Apalagi jika sikap dan
perilaku (segi emosional) itu berpengaruh
pada kognitif (pemahaman materi) siswa.
Karena berdasarkan penelitian, emosional seseorang itu berpengaruh juga
pada kognitifnya.Artinya bahwa penyebab
keberhasilan siswa dalam memahami materi (hasil belajar) bisa juga
karena didukung oleh emosionalnya yang baik
( kerajinannya, keaktifannya, kekreatifannya, kedisiplinannnya, dsb). Namunsebaliknya
,jika siswa gagal dalam belajar, maka bisa jadi siswa itu tidak memiliki
emosional yang baik ( misalnya malas sekolah, malas mengerjakan PR, tidak
disiplin, dan sebagainya). dan iniakan
menjadi masalah bagi guru dalam proses maupun hasil pembelajaran.
1. Melamun saat guru mengajar
ü
Penyebab: Masalah yang
sulit untuk di utarakan dan belum terselesaikan sering membuat seseorang
khususnya siswa melamun. Hal ini sangat mengganggu siswa dalam menyerap
pelajaran yang diberikan guru saat proses belajar mengajar. Apalagi jika yang
dipelajari adalah mata pelajaran MIPA, seperti biologi, fisika, kimia, terlebih
lagi matematika yang merupakan ilmu logika dan penalaran yang sangat
membutuhkan perhatian lebih dan konsentrasi yang tinggi.
ü
Solusi: Disini peran
guru sebagai pembimbing dan orang tua di sekolah harus di utamakan. Karena bila
sudah melihat siswanya sering melamun perlu di tanyakan secara empat mata dan
di carikan solusi yang terbaik bagi siswa tersebut.
2. Murid terlambat masuk sekolah
ü
Penyebab: rata-rata murid
datang terlambat dikarenakan bangun tidur terlalu siang, hal ini bisa
disebabkan oleh siswa tersebut tidur larut malam.
ü
Solusi: Memberikan
teguran kepada siswa merupakan salah satu cara yang bijak untuk masalah ini.
3. Bermain game saat guru
menerangkan
ü Penyebab: Bermain game sangat mengganggu konsentrasi siswa
saat belajar. Mungkin dikarenakan siswa tersebut diberikan teknologi yang
seharusnya belum diberikan kepada mereka, sehingga siswa belum memahami fungsi
sesungguhnya dari teknologi tersebut.
ü Solusi: Untuk Orang
tua, harus di pahami bahwa memberikan teknologi yang tidak sesuai dengan anak
bukam membuat anak menjadi manusia modern. Tapi malah akan merusak anak
tersebut, jadi alangkah bijaknya jika orang tua dan sekolah memberi batasan
yang jelas tentang teknologi yang boleh dan tidak.
4. Bermain HP (hand phone) saat guru mengajar
ü Penyebab: Hal ini
hampir sama dengan penjabaran di atas (NO.18). Atau dengan kata lain kesalahan
memberikan teknologi yang masih belum sesuai dengan usianya.
ü Solusi: masalah ini
bisa dengan memberikan batasan teknologi yang di berikan. Atau juga bisa dengan
larangan membawa HP ke sekolah.
5. gangguan
psikologi, seperti Cengeng (mudah
menangis) saat di nasihati guru
ü Penyebab: Manja,
merupakan faktor utama anak menjadi cengeng. Bisa jadi siswa tersebut terlalu
di manja atau mungkin juga siswa tersebtu terlalu didik keras di rumah, sehingga
siswa menjadi sosok yang minder dan lemah.
ü Solusi: Memanja anak
secara bijak dan memarahi tidak secara berlebihan merupakan hal yang baik untuk
membentuk pribadi anak yang tangguh, namun bertanggung jawab dan sopan.
6. Lama dalam
menyelesaikan tugas yang di berikan
ü Penyebab: Biasanya hal
ini dikarenakan siswa lebih mengutamakan ngobrol dengan teman dari pada
mengerjakan tugas.
ü Solusi: Bila seorang
guru melihat kejadian ini, maka sang guru tersebut harus menegur siswa tersebut
agar segera menyelasaikan tugasnya.
7. Makan saat guru MIPA mengajar
ü
Penyebab: bisa jadi
siswa merasa sangat lapar sehingga dia tidak dapat lagi menahan lapar saat jam
pelajaran.
ü
Solusi: Bila sudah
seperti ini maka guru harus bijaksana dengan memberi izin untuk siswa makan.
Namun tetap harus di beri peringatan untuk sarapan dari rumah, karena makan
saat jam pelajaran di anggap tidak sopan.
8. Mencontek saat ulangan
ü Penyebab: Mencontek
sudah seperti masalah yang klasik dan sulit untuk di selesaikan. Hal ini
disebabkan karena siswa masih berpandangan mengejar nilai bukan mengejar siswa.
ü Solusi: Menanamkan
sifat jujur dan memberi pemahaman tentang manfaat berbuat jujur bisa sedikit
demi sedikit mengurangi angka kecurangan di bidang akademik ini.
9. Berkelahi
di kelas
ü Penyebab: Saling ejek,
saling berebutan sesuatu bisanya menjadi alasan terjadinya pertengkaran siswa.
ü Solusi: Mendamaikan
siswa merupakan cara yang baik untuk menyelasaikan masalah ini. Apa lagi siswa
SD, mrekan akan segera melupakan masalah mereka yang membuat mereka tadi
bertengkar.
10. Tidur saat guru MIPA mengajar
ü Penyebab: Banyak
penyebab yang membuat siswa tidur di saat guru mengajar, bisa jadi siwa
tersebut mengantuk di karenakan dia membantu orang tua sampai malam hari,
mungkin juga siswa tersebut menyaksikan acara televisi hingga larut malam.
ü Solusi: Solusi yang
mungkin di capai antara lain, dengan memberikan batasan waktu siswa untuk
istirahat agar pada pagi harinya siswa sudah siap menerima ilmu untuk masa
depannya.
11. Mengobrol saat guru MIPA mengajar
ü Penyebab: Mengobrol
saat guru mengajar bukan lagi hal baru bagi siswa, dan hal ini harus di akui
tidak baik bagi proses belajar mengajar. Penyebabnya bisa jadi karena ada
masalah-masalah yang belum terselesaikan, bisa jadi pula karena siswa merasa
bosan dengan metode pengajaran guru sehingga siswa mencari pelarian pembahasan
dengan cara mengobrol.
ü Solusi: Masalah
mengobrol saat guru mengajar dapat di selesaikan dengan cara mencari
metode-metode mengajar yang baru, sehingga murit merasa tertarik untuk
mendengarkan penjelasan dari guru.
12. Pasif
saat guru memberi pertanyaan
ü Penyebab: Pasif saat
guru memberi pertanyaan merupakan masalah hampir di seluruh Indonesia. Hal ini
mungkin di sebabkan rasa malu, dan takut salah, atau bisa juga di karenakan
siswa tersebut takut di katakan “sok
pintar” .
ü Solusi: Masalah ini
bisa di selesaikan jika guru secara perlahan dan berkesinambungan memberi
pengertian kepada siswa bahwa jika salah saat menjawab pertanyaan guru bukan
berarti siswa tersebut bodoh, tapi siswa tersebut sudah mencoba dan harus di
hargai.
13. Tidak konsentrasi saat guru mengajar
ü Penyebab: Tidak
konsentarasi bisa disebabkan karena faktor kelelahan, faktor eksternal (masalah
pribadi). Konsentrasi merupakan hal pokok dalam mempelajari MIPA, karena MIPA
adalah ilmu penalaran dan logika, bukan seperti ilmu social.
ü Solusi: Jika
masalahnya dikarenakan maslah kelelahan maka guru harus menegur siswa agar
menjaga kesehatan dan memperhatikan jam istirahat. Sedangkan jika masalahnya di
karenakan ada masalh pribadi, maka guru juga harus memberikan arahan dan
bimbingan kepada siswa secara bijaksana.
14. Menjahili teman saat belajar
ü Penyebab: Sifat jahil
memang merupak sifat genetis yang di turunkan dan tidak dapat dibantah bahwa
hal tersebut merupakan faktor bawaan sejak lahir. Namun, jika sifat jahil itu
bukan factor genetis tetapi factor lingkungan, maka hal kejahilannya tersebut
masih mudah untuk dihilangkan. Sifat jahil ini bisa mengganggu konsentrasi
siswa-siswa lain dalam suasana pembelajaran MIPA.
ü Solusi: Satu-satunya
solusi yang dapat menylesaikannya dengan cara memberi nasehat, teguran, dan bila
kejahilan tersebut sudah kelewat batas maka harus ada hukuman agar siswa tersebut
merasa jera dan menjadi pelajaran untuk dirinya.
15. Lama
dalam memahami pelajaran
ü Penyebab: Hal ini bisa disababkan karena pengaruh IQ
atau kemampuan berfikir. Atau bisa juga hal ini disebabkan karena siswa ada
masalh sehingga dia sulit untuk berkonsentrasi.
ü Solusi: bisa dengan
cara mencarikan metode belajar yang pas dan sesuai dengan anak. Atau bisa juga
memberikan tambahan jam pelajarn yang tentu tidak terlalu memberatkan anak.
16. Saling
mengejek saat belajar
ü Penyebab: Dalam
pergaulan saling ejek seolah menjadi hal lumrah dan biasa. Namun hal ini tak
jarang menimbulkan masalah dan perkelahian. Selain tiu saling ejek bukanlah hal
yang baik sehingga perlu dihindari.
ü Solusi: dengan
memberi arahan diharapkan sedikit-demi sedikit dapat berubah.
17. Jalan-jalan di dalam kelas saat guru mengajar
ü Penyebab: Masalah ini khususnya dialami oleh siswa SD
kelas rendah (kelas 1-3). Penyebabnya bisa karena memang anak tersebut senang
bermain sehingga sering lupa dengan proses belajar yang harus di pahami secara
konsentrasi.
ü Solusi: Ditegur dan
di tegur merupakan salah satu cara menylesaikan permasalahan ini. Bersikap
bijak dengan memaklumi karena masih berad pada fase bermain merupakn hal yang
baik.
18. Siswa tidak percaya diri untuk maju ke depan kelas
ü Penyebab: Penyebabnya
bisa jadi karena siswa malu dan takut di ketawai saat melakukan kesalahan
didepan kelas.
ü Solusi: Melatih
peserta didik secara terus menerus untuk memberaniakan diri maju kedepan
diharapkan akan meningkatkan kepercayaan diri siswa.
19. Siswa berebutan benda seperti pulpen atau buku saat guru mengajar MIPA
ü Penyebab: Kesalah
pahaman akan kepemilikan barang, atau memeng ke usilan salah satu siswa
merupakan penyebabnya
ü Solusi: Melerai
perebutan tersebut dengan menanya siapa pemilik barang tersebut dan
mengmbalikan barang tersebut ke pemiliknya.
20. Meminta pulang saat jam pelajaran MIPA
ü Penyebab: Meminta
pulang saat jam pelajaran jarang terjadi di SD kelas atas (kelas 4-6), karena
siswa kelas atas sudah mulai memahami kewjiban-kewajiban yang harus mereka
laksanakan. Namun di kelas rendah belum memahami tentang kewajiban-kewajiban
tersebut, hal ini yang mendasari siswa kelas rendah sering meminta pulang
padahal belum jam pulang sekolah.
ü Solusi: Mengalihkan
perhatian mereka dengan memberi pelajaran yang menarik bagi mereka. Diharap hal
ini bisa mengalihkan perhatian mereka untuk lebih fokus dalam belajar.
22. Buku
pelajaran tertinggal dirumah
ü Penyebab: Lalai dan
lupa menjadi alasan klasik siswa saat buku pelajaran mereka tertinggal di
rumah.
ü Solusi: Untuk siswa,
menyiapkan buku pelajaran pada malam hari atau sore hari bisa menjadi rumus
jitu agar tidak lupa membawa buku pelajaran sesuai dengan jadwal pelajaran
besok harinya.
23. Membaca
buku yang bukan mata pelajaran saat itu
ü Penyebab: Bisa jadi
karena murid tersebut belum mengerjakan PR, sehingga dia ingin menyelesaikannya
sebelum jam pelajaran tersebut. Atau bisa jadi pula siswa kurang meminati
pelajaran yang sedang dipelajari, sehingga dia lebih memilih membaca buku mata
pelajaran yang lain.
ü Solusi: Guru bisa
menegur siswa tersebut, karena suka tidak suka semua mata pelajaran harus di
kuasainya. Guru juga berkewajiban mencarikan model-model pembelajaran yang
menarik bagi semua siswa.
30. Merusak fasilitas sekolah (mencoret-coret meja, dll)
ü Penyebab: Mencoret-coret
meja, mencoret-coret dinding, atau bisa juga yang lain. Hal ini disebabkan
karena keusilan dan ketidak pedulian siswa dalam hal menjaga fasilitas umum.
Mereka menganggap bangku, meja, dan fasilitas lain itu adalah bukan milik
mereka jadi bila rusakpun mereka tidak akan rugi. Pandangan sepeti ini salah
karena bila fasilitas tersebut rusak sama saja mereka telah membuat orang lain
tidak dapat memakainya.Apalagi MIPA
adalah mata pelajaran-mata pelajaran yang berpeluang memungkinkan siswa lebih
banyak berhubungan dengan fasilitas-fasilitas umum, seperti alat peraga,
laboratorium MIPA (Lab MIPA),laboratorium computer, dan sebagainya yang harus dijaga dan dirawat
agar tidak dirusak. Jika fasilitas-fasilitas pembelajaran itu rusak, maka
pembelajaran menjadi tidak maksimal dan berdampak pada penurunan tingkat
pemahaman siswa terhadap suatu materi, yang pada sisi lainnya merupakan masalah
yang dialami oleh guru. karena apa yang dia ajarkan harus ditunjang dengan
penggunaan media pembelajaran serta fasilita-fasilitas tertentu.
ü Solusi: Solusi yang
mungkin bisa dilakukan anatra lain adalah dengan menanamkan sikap tanggung
jawab. Dan jika perusakannya telah melampaui batas maka siswa tersebut harus
menggantinya dengan dana pribadi.
C.
Masalah yang Dialami Guru Akibat Penerapan kurikulum
Kurikulum
juga akan menjadi salah satu masalah yang dialami guru, jika kurikulum yang fungsinya sebagai pengarah
dan pedoman dalam pembelajaran itu, tidak atau belum layak diterapakan.
Berhubung
masalah yang dibahas dalam makalah ini adalalah masalah-masalah yang terjadi
dewasa ini, maka mengenai masalah kurikulum yang dimaksud adalah Kurikulum 2013
atau dikenal dengan K13 yang belum lama ini dicanangkan oleh pemerintah.
Menurut
komentar sebagian guru di seluruh Indonesia, penerapan Kurikulum ini tidak
efektif untuk diterapkan di seluruh sekolah atau instansi pendidikan di
Indonesia, karena memiliki batasan-batasan tertentu, diantaranya penerapan K13
ini harus disesuaikan dengan kondisi
daerah, ketersediaan fasilitas, sarana dan prasarana sekolah, karakter dan
tingkat kognitif siswa, serta jumlah siswa. Sehingga jika K13 ini tetap
diterapkan tanpa memeprtimbangkan
batasan-batasan di atas, maka akan timbul masalah baru lagi bagi guru.
Aturan
jumlah siswa untuk K13 ini maksimal 25 orang/kelas, sedangkan rata-rata sekolah
yang menerapkan K13 ini memiliki jumlah siswa yang lebih dari jumlah itu,
bahkan ada sekolah yang jumlah siswanya kurang lebih 40 orang/kelas, SMP
14 Ambon misalnya yang hingga saat ini masih menerapkan K13. Apakah
ini berimbang? Jelas tidak akan berimbang.
Dengan
kondisi seperti ini, penerapan K13 yang dipaksakan justru akan berdampak bagi proses
pembelajaran, yang pada gilirannya akan berdampak pula pada hasil belajar dan
kualitas pembelajaran. Ini menimbulkan masalah baru lagi yang dialami oleh guru. karena guru akan
menemui kesulitan dalam menyesuaikan
langkah-langkah K13 yang dirumuskan dalam buku K13 dengan realita. Selain
masalah jumlah siswa, tingkat kognitif siswa pun harus
dipertimbangkan.Misalnya, sekolah-sekolah di pelosok-pelosok desa yang
rata—rata siswanya tidak memiliki tingkat pengetahuan yang baik seperti siswa
di sekolah unggulan di Kota.jika tetpa dipaksakan diterapkan K13, justru akan
membuat mereka semakin bermasalah dalam memahami pelajarana, karena dalam K13 ini
dituntut siswa lebih aktif dan memecahkan masalah sendiri , sedangkan guru
hanya sebagai fasilitator dan motifator dalam pembelajaran. Solusinyaselain kepala sekolah, dan
staf-stafnya, guru harus lebih fleksibel
dalam melihat kondisi sekolah dan kondisi siswanya. Karena tidak selamanya
Kurikulum itu baik dan tidak selamanya buruk.Tergantung berbagai aspek. Guru sebagai
salah satu komponen sekolah, berhak juga menyampaikan aspirasinya tentang
masalah K13 dan kaitannya dengan kondisi
sekolah agar dipertimbangkan oleh pihak
sekolah, apakah akan diterapkan atau tidak. Karena nantinya guru yang akan
menjadi sasaran dampak yang ditimbulkan oleh penerapan Kurikulum itu sendiri.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
pemaparan pada pembahasan, maka dapat disimpulkan:
Masalah-masalah yang dialami guru MIPA dewasa ini,
dapat dilihat dari 3 sumber:
1. masalah
yang bersumber dari guru; diantaranya :
ü Tidak maksimalnya penerapan pendekatan, teknik,
model, metode dan strategi pembelajaran oleh guru
Solusinya :Guru
harus tahu apa penyebab kegagalan siswa-siswanya tersebut. Setelah guru
menganalisis factor penyebabnya, maka dapat diketahui bahwa misalnyaternyata kegagalan siswa-siswanya itu dipengaruhi oleh
tidak adanya kesempatan oleh guru kepada siswa dalam proses pembelajaran, untuk
berlatih memecahkan masalah secara mandiri. maka solusinya guru tersebut
sebaiknya menerapkan model pembelajaran yang bisa memusnahkan masalah-masalah
di atas, misalnya dengan menerapkan model pembelajaran PBL (Pembelajaran
Berbasis Masalah).
ü
Guru mengalami masalah dalam hal memahami materi pembelajaran yang akan diajarkan
kepada siswa ( guru tidak memiliki kompetensi profesionalisme)
Solusinya:
guru harus mempersiapkan diri sebelum mengajar, dalam arti meskipun telah
menjadi guru, dia tetap harus mereview
kembali materi, untuk lebih meningkatkan kesiapan diri. Sebaiknya Guru
mempelajari suatu materi terlebih dahulu
sebelum diajarkan kepada siswa.
ü Guru
mengalami masalah dalam hal penguasaan dan penerapan
keterampilan-keterampilan mengajar (guru
tidak memiliki kompetensi pedagogic).
Solusinya:guru
harus banyak berlatih diri dengan caranya sendiri untuk menyampaikan materi,
banyak mempelajari ketermpilan-keterampilan mengajar, dan giat mengikuti
pelatiahan-pelatihan guru seperti KKG, dan sebagainya.
ü Guru tidak memperhatikan kedisiplinannya.
Hal
ini akan menjadi masalah yang akan dialami oleh guru jika ketidakdisiplinan ini
ditiru oleh siswa.
Solusinya :guru
harus cepat menyadari kekeliruannnya ini, sehingga tidak berakibat fatal pada
peserta didik. Guru harus mampu menjadi teladan dalam segala hal. Oleh karena
itu, seorang guru yang baik harus pandai-pandai
memenej waktunya dengan sebaik mungkin,baik itu waktu untuk keluarga
maupun untuk pekerjaan.sehingga keduanya berjalan seimbang tanpa ada yang
dikorbankan.
ü Guru tidak
memiliki kreatifitas dalam pelaksanaan pembelajaran
Solusinya:Guruharus
jeli melihat mana materi yang butuh dilengkapi dengan media pembelajaran sehingga
pembelajaran tidak monoton, kaku dan membosankan.
2. Masalah
yang bersumber dari siswa; diantaranya factor kelambanan menerima pelajaran,
factor psikologi, dan minat siswa. Solusinya:
guru harus menerapkan strategi, model dan metode yang sesuai untuk setiap
karakteristik materi dan suasana serta kondisi siswa,. Selain itu guru harus
kreatif dalam menciptakan suasana belajar yang tidak membosankan, sehingga
dapat menarik minat siswa.
3. Masalah yang bersumber dari penerapan kurikulum
Solusinya selain
kepala sekolah, dan staf-stafnya, guru
harus lebih fleksibel dalam melihat kondisi sekolah dan kondisi siswanya.
Karena tidak selamanya Kurikulum itu baik dan tidak selamanya buruk.Tergantung
berbagai aspek. Guru sebagai salah satu komponen sekolah, berhak juga
menyampaikan aspirasinya tentang masalah K13 dan kaitannya dengan kondisi sekolah agar dipertimbangkan oleh pihak sekolah,
apakah akan diterapkan atau tidak. Karena nantinya guru yang akan menjadi
sasaran dampak yang ditimbulkan oleh penerapan Kurikulum itu sendiri.
B.
Saran
Semoga
setelah membaca dan mempelajari makalah Dasar-dasar Pendidikan MIPA yang membahas“masalah-masalah yang dialami guru MIPA
dewasa ini dan cara guru mengatasi masalah tersebut”ini, pembaca dapat lebih memahami dan dapat
mengambil manfaatnya. Saya selaku penulis mohon maaf atas kekurangan makalah
baik dari segi tulisan mmaupun isinya.Oleh karena itu kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat diharapkan demi untuk perbaikan makalah ini kedepan.
DAFTAR
PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Pemakalah
memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat-Nya sehingga
pemakalah dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Dasar-dasar Pendidikan MIPA
tentang “ masalah-masalah yang dialami
guru MIPA dewasa ini, dan cara guru mengatasi masalah tersebut”.
Tak lupa pula
shalawat serta salam pemakalah haturkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad
SAW, para keluarganya, pengikut-pengikutnya serta para tabi’n dan tabi’utnya
yang dengan kegigihan perjuangan merekalah hingga kita dapat menghirup indahnya udara Islam hingga akhir zaman,
Insya Allah Amin.
Dalam
penulisan makalah ini, pemakalah merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun pada materi, mengingat kemampuan yang pemakalah
miliki.untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan demi
penyempurnaan makalah ini kedepan.
Ambon, Januari 2016
Pemakalah
DAFTAR ISI
Halaman
judul ……………………………………………………………… i
Kata
Pengantar ……………………………………………………………………. ii
Daftar
Isi ……………………………………………………………………………. iii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................................... 3
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Masalah yang Bersumber dari Guru ................................................................... 3
B. Masalah yang
Bersumber dari Siswa ................................................................... 5
C. Masalah yang
Bersumber dari kurikulum ......................................................... 11
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 13
B. Saran ...................................................................................................................... 14
DAFTAR
PUSTAKA
HASIL
WAWANCARA
HASIL-HASIL WAWANCARA DAN SOLUSI MASALAH
Wawancara ini dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui masalah-masalah
yang dialami guru MIPA dewasa ini, dan cara guru menyelesaikan masalah tersebut.
Identitas narasumber:
Nama : Halima
Bugis, S.Pd
Tempat
& Tanggal Lahir : Tual, 08
Oktober 1989
Profesi
: Guru Matematika pada SD Kanawa Ambon
Pertanyaan
:
1. Masalah-masalah apa saja yang ibu
alami dalam pembelajaran matematika di kelas? Serta bagaimana cara ibu
menyelesaikan masalah tersebut.
Jawaban:
Masalah yang saya alami dalam
pembelajaran MIPA adalah yang pertama
fasilitas, sarana dan prasarana penunjang pembelajaran.Karena Ketersediaan
fasilitas pembelajaran sangat menunjang kualitas pembelajaran. Di SD kanawa
ini, fasilitasnya tidak terlalu lengkap,sehingga kadang dengan uang
pribadi, saya membuat sendiri alat
peraganya. Ini menjadi sedikit masalah buat saya.Namun ini bisa menjasi solusi sementara selama sekolah belum
melengkapi fasilitas pembelajaran.Selain alat peraga, perpustakaan yang
dilengkapi dengan buku-buku pelajaran juga menjadi factor penunjang
pembelajaran.Di SD kanawa ini, perpustakaan masih kekurangan buku-buku. Sebagai
Solusi sementara, saya menyediakan
bahan ajar ( hand out) untuk
siswa-siswa saya. Sehingga fungsi buku-buku perpustakaan sedikit bisa
tergantikan dengan adanya bahan ajar.Masalah kedua, peserta didik lamban menerima pelajaran. Hal ini bisa dipengaruhi
oleh tingkat IQ, minat mata pelajaran matematika siswa terhadap dan fakor
psikologis peserta didik.
2. Bagaimana hubungan antara tingkat IQ
dan fakor psikologis peserta didik
terhadappembelajaran MIPA di kelas? Dan apa pengaruhnya bagi guru?
Jawaban :
Jika IQ nya rendah maka otomatis dia
akan sulit atau lamban dalam memahami materi yang diajarkan. Dan sebaliknya
jika IQ nya rata-rata atau di atas rata-rata maka itu bisa menjadi penunjang
untuk cepat memahami materi. Namun, jika guru hanya melihat dari sisi IQ
saja,berarti tidak akan ada upaya guru untuk meminimalisir dan merubah persepsi
bahwa IQ adalah satu-satunya factor kesuksesan belajar peserta didik. pada
hakikatnya, keberhasilan peserta didik itu dipengaruhi oleh banyak
aspek,termasuk emosional (EQ) dan spiritualnya (SQ). itu secara umum. Namun,
masih banyak aspek-aspek yang menunjang keberhasilan peserta didik lainnya.
Nah, pengaruhnya bagi guru yaitu jika siswa lamban dalam memahami materi,
misalnya karena factor rendahnya IQ dan factor gangguan psikolog, maka guru
akan sulit melanjutkan materi, selain itu guru harus mengulang-ulang materi
yang sudah diajarkan sehingga pemanfaatan waktu tidak lagi efektif dan efisien.
Standar kompetensi yang seharusnya bisa tuntas hanya dalam waktu 2 kali
pertemuan saja, akhirnya harus menjadi 4 kali pertemuan baru bisa dituntaskan
materinya. Jadi, factor IQ dan psikologi peserta didik turut mempengaruhi
proses pembelajaran yang pada gilirannnnya akan menjadi masalah bagi guru. Solusi yang saya terapkan yaitu
menambah jatah waktu belajar buat mereka akan materi yang masih sukar mereka
pahami, misalnya dengan les. Serta tekun membimbing dan mengarahkan mereka,
selain itu saya tidak terlalu mengejar materi dan mengabaikan kepahaman mereka.
3. Apa saja masalah-masalah yang
dialami guru MIPA dewasa ini, dan cara guru mengatasi masalah tersebut?
Jawaban :
Selain yang sudah saya jelaskan di sebelumnya,
masalah-masalah yang dialami guru MIPA dewasa ini diantaranya,
a. kurangnya kreatifitas guru dalam merancang
proses pembelajaran.
b.
guru tidak memiliki
kompetensi-kompetensi sebagai guru, yaitu kompetensi pedagogic,
profesionalisme, social, dan kepribadian.
c.
guru tidak menerapkan
strategi, model, pendekatan dan metode yang sesuai materi dan kondisi siswa.
Solusinya :guru harus pandai-pandai melihat
situasi siswa dan kelasnya, serta karakteristik materi yang akan diajarkan
untuk menerapkan metode, model, dan streategi pembelajaran.